Selasa, 26 Oktober 2010

ILmu Teknologi dan Pengetahuan Alam


Keberlanjutan Pembangunan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan lingkungan yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". Pembangunan berkelanjutan adalah salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan:
1.pembangunan ekonomi,
2.pembangunan social, dan
3.perlindungan lingkungan.
menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan Hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan bekelanjutan, dimana pembangunan Hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas pertimbangan ekonomi dan budaya. Pendukung Pembangunan Berkelanjutan berargumen bahwa konsep ini menyediakan konteks bagi keberlanjutan menyeluruh dimana pemikiran mutakhir dari Pembangunan Hijau sulit diwujudkan. Sebagai contoh, pembangunan pabrik dengan teknologi pengolahan limbah mutakhir yang membutuhkan biaya perawatan tinggi sulit untuk dapat berkelanjutan di wilayah dengan sumber daya keuangan yang terbatas.
Pembangunan berkelanjutan  pun dapat dirumuskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Dengan demikian pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Konsep ini mengandung dua unsur :
1.Yang pertama adalah kebutuhan, khususnya kebutuhan dasar bagi golongan 
masyarakat yang kurang beruntung, yang amat perlu mendapatkan prioritas tinggi dari semua negara.

2.Yang kedua adalah keterbatasan. Penguasaan teknologi dan organisasi sosial harus 
memperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan di masa depan.

Mutu Lingkungan Hidup Dengan Resiko
Harus disadari bahwa yang hidup dibumi bukan hanya Manusia sendirian, melainkan bersama mahluk lain yaitu tumbuhan,hewan dan masih banyak organisme lainya.
Mahluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar teman yang hidup bersama dalam suatu lingkungan hidup secara netral atau pasif tetapi kehadiran mereka sangat dibutuhkan oleh Manusia sebab tanpa Mahluk hidup lain Manusia sendiri tidak akan hidup.
Pada hakekatnya bukan Manusia yang melestarikan lingkungan hidup tetapi lingkunganlah yang melastarikan Manusia, Manusia hanya menjaga supaya lingkungan hidup tersebut tidak rusak atau punah karena Manusialah yang membutuhkan lingkungan hidup demi kelangsungan hidup dan kehidupan.
Coba bayangkan kalau didunia ini hanya terdapat Manusia, tanpa ada tunbuhan, hewan dan mikro organisme pengurai (perombak), pasti Manusia tidak akan bisa hidup, tidak terdapat sumber makanan yang dapat dimakan dan sisa makanan atau bangkai hewanpun tidak akan habis karena tidak ada mikro organism sebagai pengurai.
Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup, tapi dalam Realitas yang terjadi pada interaksi (hubungan) antara pembangunan dan lingkungan hidup (Ekologi Pembangunan) tidak terdapat keseimbangan dan terjadi kontradiksi,sebab Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat tetapi juga membawa resiko.
Misalnya Pembangunan bangunan-bangunan di daerah perkotaan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan, prakteknya di lapangan adalah mereka merobohkan semua pohon-pohon yang ada padahal tanpa disadari Oksigen (O2) yang kita hirup setiap hari dihasilkan dan didistribusikan oleh pohon-pohon yang ada dalam proses respirasi (penguapan dari dalam tubuh tumbuhan) coba dibayangkan jika oksigen dibumi ini berkurang secara otomatis kita akan mengalami gangguan dalam proses metabolism dan pernapasan bahkan secara langsung kita telah merusak/menggangu habitat(tempat tinggal organisme) dari mahluk hidup yang lain, begitu juga penebangan kayu di dalam hutan baik itu secara legal maupun illegal, Devisa yang diperoleh oleh Negara sangat besar dalam mengekspor kayu keluar negeri namun kita menghadapi resiko kepunahan hewan dan tumbuhan,bertambahnya erosi, rusaknya tatanan air dan rawan terjadinya gurun. Hal itu bisa terjadi karena para pengelola hutan belum sadar kurang kecintaanya terhadap lingkungan yaitu dengan diadakanya penanaman kembali (Reboisasi).
Harus disadari sebagai mahluk yang mendiami planet Bumi problematika yang telah kita alami ini adalah tanggung jawab yang bersifat Universal, mengapa? sebab banyak orang yang berasumsi bahwa hal itu adalah masalah bagi Dinas/instansi yang terkait khusunya dibidang lingkungan hidup dan kehutanan.
Sebagai seorang Mahasiswa yang berintelektual,kritis dan perduli akan kehidupan terutama untuk para Rimbawan seluruh Indonesia hal ini juga harus kita angkat kepermukaan dan kedepankan untuk dikaji,mencari solusi, dan merealisasikanya secara kolektif sebab yang menjadi inti masalah dalam lingkungan hidup adalah hubungan/ interaksi antara sesama mahluk hidup di alam.
Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup selalu bersifat dilema dan Pandangan kita terhadap dilema ini suka berlainan dan Manusia juga masih banyak yang mengadopsi paham Antroposentris. Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan resikonya, karena mereka terdesak oleh Urgensi dan tekanan politik.
Sebaliknya media masa dan para cendekiawan sering dapat melihat risiko yang yang tidak terlihat oleh orang awam dan pelaksana pembangunan. Betapapun baik manfaat maupun risiko kita harus memperhitungkanya secara berimbang. Yang harus digaris bawahi disini adalah bukanlah membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimana membangun supaya mutu dari lingkungan tetap terlestarikan dengan begitu mutu hidup terus dapat ditingkatkan. Pembangunan harus berwawasan lingkungan dan Analisis manfaat dan risiko lingkungan merupakan instrumen atau alat untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Hanya dalam lingkungan hidup yang optimal, manusia dapat berkembang dengan baik, dan hanya dengan manusia yang baik lingkungan akan berkembang kearah yang optimal (Otto Soemarwoto).
 Refrensi
1.http//www.wikipedia indonesia.com
2.sumanto,bahasona.UNSRAT.lingkungan hidup.pembangunan.

ILmu Teknologi dan Pengetahuan Alam


Keberlanjutan Pembangunan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan lingkungan yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". Pembangunan berkelanjutan adalah salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan:
1.pembangunan ekonomi,
2.pembangunan social, dan
3.perlindungan lingkungan.
menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan Hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan bekelanjutan, dimana pembangunan Hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas pertimbangan ekonomi dan budaya. Pendukung Pembangunan Berkelanjutan berargumen bahwa konsep ini menyediakan konteks bagi keberlanjutan menyeluruh dimana pemikiran mutakhir dari Pembangunan Hijau sulit diwujudkan. Sebagai contoh, pembangunan pabrik dengan teknologi pengolahan limbah mutakhir yang membutuhkan biaya perawatan tinggi sulit untuk dapat berkelanjutan di wilayah dengan sumber daya keuangan yang terbatas.
Pembangunan berkelanjutan  pun dapat dirumuskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Dengan demikian pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Konsep ini mengandung dua unsur :
1.Yang pertama adalah kebutuhan, khususnya kebutuhan dasar bagi golongan 
masyarakat yang kurang beruntung, yang amat perlu mendapatkan prioritas tinggi dari semua negara.

2.Yang kedua adalah keterbatasan. Penguasaan teknologi dan organisasi sosial harus 
memperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan di masa depan.

Mutu Lingkungan Hidup Dengan Resiko
Harus disadari bahwa yang hidup dibumi bukan hanya Manusia sendirian, melainkan bersama mahluk lain yaitu tumbuhan,hewan dan masih banyak organisme lainya.
Mahluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar teman yang hidup bersama dalam suatu lingkungan hidup secara netral atau pasif tetapi kehadiran mereka sangat dibutuhkan oleh Manusia sebab tanpa Mahluk hidup lain Manusia sendiri tidak akan hidup.
Pada hakekatnya bukan Manusia yang melestarikan lingkungan hidup tetapi lingkunganlah yang melastarikan Manusia, Manusia hanya menjaga supaya lingkungan hidup tersebut tidak rusak atau punah karena Manusialah yang membutuhkan lingkungan hidup demi kelangsungan hidup dan kehidupan.
Coba bayangkan kalau didunia ini hanya terdapat Manusia, tanpa ada tunbuhan, hewan dan mikro organisme pengurai (perombak), pasti Manusia tidak akan bisa hidup, tidak terdapat sumber makanan yang dapat dimakan dan sisa makanan atau bangkai hewanpun tidak akan habis karena tidak ada mikro organism sebagai pengurai.
Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup, tapi dalam Realitas yang terjadi pada interaksi (hubungan) antara pembangunan dan lingkungan hidup (Ekologi Pembangunan) tidak terdapat keseimbangan dan terjadi kontradiksi,sebab Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat tetapi juga membawa resiko.
Misalnya Pembangunan bangunan-bangunan di daerah perkotaan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan, prakteknya di lapangan adalah mereka merobohkan semua pohon-pohon yang ada padahal tanpa disadari Oksigen (O2) yang kita hirup setiap hari dihasilkan dan didistribusikan oleh pohon-pohon yang ada dalam proses respirasi (penguapan dari dalam tubuh tumbuhan) coba dibayangkan jika oksigen dibumi ini berkurang secara otomatis kita akan mengalami gangguan dalam proses metabolism dan pernapasan bahkan secara langsung kita telah merusak/menggangu habitat(tempat tinggal organisme) dari mahluk hidup yang lain, begitu juga penebangan kayu di dalam hutan baik itu secara legal maupun illegal, Devisa yang diperoleh oleh Negara sangat besar dalam mengekspor kayu keluar negeri namun kita menghadapi resiko kepunahan hewan dan tumbuhan,bertambahnya erosi, rusaknya tatanan air dan rawan terjadinya gurun. Hal itu bisa terjadi karena para pengelola hutan belum sadar kurang kecintaanya terhadap lingkungan yaitu dengan diadakanya penanaman kembali (Reboisasi).
Harus disadari sebagai mahluk yang mendiami planet Bumi problematika yang telah kita alami ini adalah tanggung jawab yang bersifat Universal, mengapa? sebab banyak orang yang berasumsi bahwa hal itu adalah masalah bagi Dinas/instansi yang terkait khusunya dibidang lingkungan hidup dan kehutanan.
Sebagai seorang Mahasiswa yang berintelektual,kritis dan perduli akan kehidupan terutama untuk para Rimbawan seluruh Indonesia hal ini juga harus kita angkat kepermukaan dan kedepankan untuk dikaji,mencari solusi, dan merealisasikanya secara kolektif sebab yang menjadi inti masalah dalam lingkungan hidup adalah hubungan/ interaksi antara sesama mahluk hidup di alam.
Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup selalu bersifat dilema dan Pandangan kita terhadap dilema ini suka berlainan dan Manusia juga masih banyak yang mengadopsi paham Antroposentris. Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan resikonya, karena mereka terdesak oleh Urgensi dan tekanan politik.
Sebaliknya media masa dan para cendekiawan sering dapat melihat risiko yang yang tidak terlihat oleh orang awam dan pelaksana pembangunan. Betapapun baik manfaat maupun risiko kita harus memperhitungkanya secara berimbang. Yang harus digaris bawahi disini adalah bukanlah membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimana membangun supaya mutu dari lingkungan tetap terlestarikan dengan begitu mutu hidup terus dapat ditingkatkan. Pembangunan harus berwawasan lingkungan dan Analisis manfaat dan risiko lingkungan merupakan instrumen atau alat untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Hanya dalam lingkungan hidup yang optimal, manusia dapat berkembang dengan baik, dan hanya dengan manusia yang baik lingkungan akan berkembang kearah yang optimal (Otto Soemarwoto).
 Refrensi
1.http//www.wikipedia indonesia.com
2.sumanto,bahasona.UNSRAT.lingkungan hidup.pembangunan.

ILmu Teknologi dan Pengetahuan Alam


Keberlanjutan Pembangunan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan lingkungan yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". Pembangunan berkelanjutan adalah salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan:
1.pembangunan ekonomi,
2.pembangunan social, dan
3.perlindungan lingkungan.
menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan Hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan bekelanjutan, dimana pembangunan Hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas pertimbangan ekonomi dan budaya. Pendukung Pembangunan Berkelanjutan berargumen bahwa konsep ini menyediakan konteks bagi keberlanjutan menyeluruh dimana pemikiran mutakhir dari Pembangunan Hijau sulit diwujudkan. Sebagai contoh, pembangunan pabrik dengan teknologi pengolahan limbah mutakhir yang membutuhkan biaya perawatan tinggi sulit untuk dapat berkelanjutan di wilayah dengan sumber daya keuangan yang terbatas.
Pembangunan berkelanjutan  pun dapat dirumuskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Dengan demikian pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Konsep ini mengandung dua unsur :
1.Yang pertama adalah kebutuhan, khususnya kebutuhan dasar bagi golongan 
masyarakat yang kurang beruntung, yang amat perlu mendapatkan prioritas tinggi dari semua negara.

2.Yang kedua adalah keterbatasan. Penguasaan teknologi dan organisasi sosial harus 
memperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan di masa depan.

Mutu Lingkungan Hidup Dengan Resiko
Harus disadari bahwa yang hidup dibumi bukan hanya Manusia sendirian, melainkan bersama mahluk lain yaitu tumbuhan,hewan dan masih banyak organisme lainya.
Mahluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar teman yang hidup bersama dalam suatu lingkungan hidup secara netral atau pasif tetapi kehadiran mereka sangat dibutuhkan oleh Manusia sebab tanpa Mahluk hidup lain Manusia sendiri tidak akan hidup.
Pada hakekatnya bukan Manusia yang melestarikan lingkungan hidup tetapi lingkunganlah yang melastarikan Manusia, Manusia hanya menjaga supaya lingkungan hidup tersebut tidak rusak atau punah karena Manusialah yang membutuhkan lingkungan hidup demi kelangsungan hidup dan kehidupan.
Coba bayangkan kalau didunia ini hanya terdapat Manusia, tanpa ada tunbuhan, hewan dan mikro organisme pengurai (perombak), pasti Manusia tidak akan bisa hidup, tidak terdapat sumber makanan yang dapat dimakan dan sisa makanan atau bangkai hewanpun tidak akan habis karena tidak ada mikro organism sebagai pengurai.
Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup, tapi dalam Realitas yang terjadi pada interaksi (hubungan) antara pembangunan dan lingkungan hidup (Ekologi Pembangunan) tidak terdapat keseimbangan dan terjadi kontradiksi,sebab Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat tetapi juga membawa resiko.
Misalnya Pembangunan bangunan-bangunan di daerah perkotaan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan, prakteknya di lapangan adalah mereka merobohkan semua pohon-pohon yang ada padahal tanpa disadari Oksigen (O2) yang kita hirup setiap hari dihasilkan dan didistribusikan oleh pohon-pohon yang ada dalam proses respirasi (penguapan dari dalam tubuh tumbuhan) coba dibayangkan jika oksigen dibumi ini berkurang secara otomatis kita akan mengalami gangguan dalam proses metabolism dan pernapasan bahkan secara langsung kita telah merusak/menggangu habitat(tempat tinggal organisme) dari mahluk hidup yang lain, begitu juga penebangan kayu di dalam hutan baik itu secara legal maupun illegal, Devisa yang diperoleh oleh Negara sangat besar dalam mengekspor kayu keluar negeri namun kita menghadapi resiko kepunahan hewan dan tumbuhan,bertambahnya erosi, rusaknya tatanan air dan rawan terjadinya gurun. Hal itu bisa terjadi karena para pengelola hutan belum sadar kurang kecintaanya terhadap lingkungan yaitu dengan diadakanya penanaman kembali (Reboisasi).
Harus disadari sebagai mahluk yang mendiami planet Bumi problematika yang telah kita alami ini adalah tanggung jawab yang bersifat Universal, mengapa? sebab banyak orang yang berasumsi bahwa hal itu adalah masalah bagi Dinas/instansi yang terkait khusunya dibidang lingkungan hidup dan kehutanan.
Sebagai seorang Mahasiswa yang berintelektual,kritis dan perduli akan kehidupan terutama untuk para Rimbawan seluruh Indonesia hal ini juga harus kita angkat kepermukaan dan kedepankan untuk dikaji,mencari solusi, dan merealisasikanya secara kolektif sebab yang menjadi inti masalah dalam lingkungan hidup adalah hubungan/ interaksi antara sesama mahluk hidup di alam.
Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup selalu bersifat dilema dan Pandangan kita terhadap dilema ini suka berlainan dan Manusia juga masih banyak yang mengadopsi paham Antroposentris. Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan resikonya, karena mereka terdesak oleh Urgensi dan tekanan politik.
Sebaliknya media masa dan para cendekiawan sering dapat melihat risiko yang yang tidak terlihat oleh orang awam dan pelaksana pembangunan. Betapapun baik manfaat maupun risiko kita harus memperhitungkanya secara berimbang. Yang harus digaris bawahi disini adalah bukanlah membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimana membangun supaya mutu dari lingkungan tetap terlestarikan dengan begitu mutu hidup terus dapat ditingkatkan. Pembangunan harus berwawasan lingkungan dan Analisis manfaat dan risiko lingkungan merupakan instrumen atau alat untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Hanya dalam lingkungan hidup yang optimal, manusia dapat berkembang dengan baik, dan hanya dengan manusia yang baik lingkungan akan berkembang kearah yang optimal (Otto Soemarwoto).
 Refrensi
1.http//www.wikipedia indonesia.com
2.sumanto,bahasona.UNSRAT.lingkungan hidup.pembangunan.

Senin, 18 Oktober 2010

Sumber Daya Alam di Indonesia 2

karateristik Sumber Daya Alam dan Buatan

Ruang Lingkup Sumber Daya Sifat atau ciri-ciri sumber daya alam di Indonesia yang menonjol ada dua macam, yaitu penyebaran yang tidak merata dan sifat ketergantungan antara sumber daya alam. Sumber daya alam sendiri dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya menjadi dua golongan, yaitu sumber daya alam yang dapat pulih dan sumber daya alam yang tak dapat pulih. Sumber daya alam buatan adalah hasil pengembangan dari sumber daya alam hayati dan/atau sumber daya alam non hayati yang ditunjuk untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan/atau kemampuan daya dukungnya, antara lain hutan buatan, waduk, dan jenis unggul.

Dalam rangka untuk lebih memahami ruang lingkup ekologi dan lingkungan yang teraplikasikan secara spasial, maka diperlukan kajian aplikatif agar dapat mendeskripsikan aspek-aspek lingkungan hidup, yaitu komponen abiotik (fisik), biotik dan kultural. Pendekatan ekologi-geografis digunakan sebagai dasar dalam setiap kajian dan analisis dalam studi lingkungan, yang meliputi pemahaman, interaksi dan interdepedensi antar komponen lingkungan hidup kaitannya dengan aspek keruangan (spasial).
Provinsi DIY mempunyai karakteristik ekologi dan lingkungan sangat khas sekali dan menarik untuk dapat dijadikan lokasi bahan kajian ilmu lingkungan. Macam-macam bentuklahan yang cukup variatif dari arah utara sampai selatan, mulai dari bentuklahan asal gunungapi, dataran alluvial, perbukitan denudasional dan struktural , perbukitan karst, gumuk pasir dan marine. Dari variasi bentuklahan tersebut memberikan efek keterkaitan dengan tata cara, proses dan aktivitas hidup manusia yang hidup di dalamnya maupun lingkungan lainnya baik hewan maupun tumbuhan.

ASPEK FISIK 
 2968 m) merupakan salah satu gunungapi teraktif di dunia. Kondisi ekosistem Merapi sangat unik letusannya mempunyai kekhasan dengan intensitas dan dampak yang bervariasi. Secara umum karakteristik letusan gunungapi berbeda antara satu dengan lainnya. Setiap letusan mengeluarkan bahan vulkanik yang dapat berupa benda cair, padat dan gas. Benda cair terdiri atas:
±Wilayah Propinsi DIY. di bagian utara terdapat Gunungapi Merapi (
a. Lava, magma yang meleleh di permukaan bumi.
b. Lahar panas dan dingin.
Benda padat atau piroklastika (ukuran bom, lapili, kerikil, pasir dan abu vulkanik), sedang yang berbentuk gas diantaranya adalah gas CO2, H2S, N2 dan H2O.
Pada lereng Gunung Merapi terdapat Sungai Krasak, Sungai Boyong, Sungai Kuning dan Sungai Gendol, pada hulu di bagian dasar sungai tersebut terlihat struktur berlapis dari endapan lahar Merapi dengan membentuk lembah berbentuk U. Hal ini menunjukkan bahwa endapan lahar tersebut secara dinamis terjadi proses pengendapan dan erosi secara bergantian. Di bagian bawah terdapat dari gardu pandang terdapat dam penampung lahar (Sabo) dengan maksud salah satunya adalah untuk mengendalikan laju aliran lahar.
Dari gardu pandang terlihat permukaan Gunung Merapi yang gundul dan kering akibat hembusan awan panas dan guguran lava. Dari hasil transportasi material gunung api maupun endapan dari debu akan menghasilkan tanah yang subur, karena hasil erupsi Gunung Merapi kaya akan kandungan unsur Hara. Jenis dan ukuran material lahar bervariasi dari pasir sampai bongkah. Pola aliran lahar dingin adalah mengalir tertranspor melalui sungai oleh air hujan. Pola aliran awan panas adalah khas menggulung-gulung di angkasa.
Potensi sumberdaya air yang cukup besar terletak di zone tengah baik berupa air tanah maupun air permukaan. Besarnya potensi air permukaan diakibatkan keberadaan tiga sungai besar yang mengalir wilayah DIY yaitu Sungai Progo, Opak, Oyo, selain hal tersebut adanya sumber-sumber mata air yang berada di lereng Gunung Merapi yang sebagian besar dimanfaatkan untuk air bersih (air minum).
Sedangkan potensi sumberdaya air di zone timur berupa sungai bawah tanah yang banyak dijumpai di daerah Gunungkidul namun pemanfaatannya belum maksimal sementara dipompa ke atas untuk air minum dan irigasi. Sementara di zona barat terdapat sungai Serang dan Waduk Sermo yang telah dimanfaatkan untuk persediaan air minum dan pertanian.
Keberadaan sumberdaya air tersebut dipengaruhi oleh curah hujan tahunan yang berkisar antara 1.500 mm—2.400 mm. Dengan curah hujan bulanan terkering sebesar 23,20 mm dan terendah546 mm. Hari curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebanyak empat hari, sedangkan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Februari sebanyakk 34 hari.
Dataran alluvial meliputi wilayah perkotaan Yogyakartta dan sekitarnya. Di daerah ini mempunyai kelerengan yang landai dan datar. Tanahnya merupakan hasil pelapukan batuan volkanik yang telah mengalami transportasi dan terendapkan pada Zaman Kuarter.
Daerah Perbukitan Denudasional mempunyai batuan yang cukup komplek dengan dominasi batuan yang keras, litologi yang ada diantaranya breksi batuapung yang berselingan batupasir dan batulempung tufaan. Kelerangan di daerah ini cukup terjal sehingga rawan terjadi bencana alam tanah longsor.
Di perbukitan karst merupakan fenomena alam yang khas sekali dimana kandungan batuannya dominan batugamping. Ciri-ciri daerah karst ini adalah dengan terdapatnya aliran sungai bawah tanah, dolina, uvala dan polje.
Gumuk pasir sangat khas terbentuk akibat proses angin, dengan kenampakan seperti bulan sabit sehingga dinamakan barchan sand dunes. Daerah Marine pada beberapa tempat yang berlitologi batugamping terdapat clift-clift yang cukup terjal, proses abrasi sangat kuat sehingga mampu mengikis batuan yang berada di tepi pantai.

ASPEK BIOTIK
Pada bagian utara wilayah Provinsi DIY. terdapat hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (cathment area) untuk cadangan ketersediaan air bagi masyarakat di kawasan selatan wilayah ini. Kawasan hutan yang dimaksud di atas, merupakan bagian penting dalam upaya konservasi air sebagai daerah resapan air yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberadaan air tanah khususnya untuk wilayah kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Selain itu hutan tersebut juga mampu menyerap dan menetralkan zat-zat beracun seperti karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), gas Nitrogen, debu timbal asap kendaraan bermotor dan menormalkan panas bumi. Hutan secara alami mempersembahkan zat kehidupan Oksigen (O2) dan menjaga iklim mikro serta menciptakan kenyamanan dan keseimbangan lingkungan hidup, baik manusia, satwa maupun kehidupan jasad renik lainnya. Oleh karenanya jika terjadi kerusakan hutan di suatu negara akan menjadi sorotan tajam negara lain karena dianggap sebagai biang malapetaka dunia dalam perubahan iklim, peningkatan panas bumi maupun pencemaran udara.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai hutan seluas + 17.000 Ha atau 5,23 % dari luas wilayahnya terhampar di empat wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Kulonprogo, Bantul dan kabupaten Gunungkidul, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan tempat tumbuhnya. Hutan tersebut meliputi hutan lindung, hutan negara dan hutan rakyat, dimana masing-masing mempunyai fungsi yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Pada tahun 2002 tepatnya tanggal 16 – 21 Oktober, hutan lindung yang terletak di petak 1, 2, 3, 4 dan 5 hutan lereng Gunung Merapi mengalami kebakaran sebagai akibat musim kemarau yang panjang. Jenis kebakarannya adalah kebakaran permukaan, yang diawali dengan terbakarnya rumput dan semak kering serta sebagian pohon besar. Luas kebakaran mencapai + 300 Ha dan merupakan kawasan hutan lindung Kaliurang maupun kawasan Cagar Alam Plawangan – Turgo. Lokasi ini hampir seluruhnya merupakan bukit-bukit terjal yang dikelilingi oleh sungai-sungai kecil yang kemudian bermuara ke arah sungai Boyong. Selain itu bahwa kawasan tersebut merupakan habitan flora dan fauna yang sangat beragam, yang mendukung Taman Wisata Alam Kaliurang, serta merupakan daerah aksesbilitas sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Jenis tanaman hutan sebagai pendukung konservasi yang ikut terbakar adalah Soga, Bambu, Puspa, Pinus, Kaliandra, Sarangan, Kina dan Agatis. Disamping itu beragam fauna yang hidup di dalamnya juga turut terbakar dimana waktu kebakaran itu terjadi tidak sempat meninggalkan tempat. Upaya pemadaman dilakukan mulai tanggal 16 Oktober 2002 dan baru berhasil dipadamkam pada tanggal 19 Oktober, yang dilakukan secara massal.
Penurunan kuantitas flora juga terjadi di Kabupaten Gunungkidul dengan permasalahan yang berbeda, yaitu berkurangnya habitat kera ekor panjang. Dampak yang timbul dari penurunan habitat ini adalah terjadinya invasi daerah jelajah kera ekor panjang ke perkampungan penduduk untuk mencari makanan sehingga mengakibatkan kerusakan pada lahan pertanian dan gagalnya panen. Sebenarnya permasalahan ini telah menjadi issu penting sejak tahun 2001, namun belum juga ditemukan solusi yang tepat sehingga sampai tahun 2002 masalah ini masih belum teratasi. Serangan kera ekor panjang ini tepatnya terjadi di kecamatan Paliyan, Saptosari dan Kecamatan Panggang. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat antara lain adalah penjagaan secara swadaya oleh masyarakat setempat dan penanaman tanaman pakan kera.
Lain halnya dengan permasalahan di sepanjang pantai selatan DIY, perburuan penyu dan telurnya masih terus berlangsung di sebagian masyarakat setempat maupun pendatang. Nampaknya masyarakat pengambil maupun konsumen pengguna penyu dan telurnya sudah tidak mengindahkan lagi seruan-seruan ataupun ajakan untuk menjaga kelangsungan hidup jenis binatang ini. Upaya-upaya dari pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam berbentuk sosialisasi, penyuluhan, forum komunikasi maupun penjagaan di daerah pendaratan telur penyu telah dilakukan, namun demikian belum menampakkan hasil yang nyata. 
Berkurangya flora di daerah resapan air maupun di daerah perkotaan sendiri rupanya mendatangkan musibah musiman terutama di musim penghujan pada daerah yang lebih rendah yaitu datangnya banjir. Permasalahan ini juga didukung oleh kondisi sungai yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya serta saluran air hujan yang tidak baik. Terjadinya konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian atau perumahan mengurangi daerah resapan air di hulu sehingga air begitu saja mengalir tanpa ada penahannya. Hal ini diperburuk dengan minimnya ruang terbuka hijau di daerah perkotaan dan di daerah sekitar aliran sungai, yang justru dipenuhi dengan rumah tinggal penduduk, bahkan di bantaran sungai sekalipun. Rupanya perlu dicermati kembali penataan ruang pengembangan/perluasan kota di daerah resapan air sehingga tidak akan menimbulkan musibah banjir pada musim penghujan dan sebaliknya kekeringan di musim kemarau.
ASPEK SOSIO KULTURAL
Kepadatan penduduk di sekitar Gunungapi Merapi cukup tinggi dengan letusannya yang sangat berbahaya terutama awan panas, sehingga daerah tersebut rawan bencana. Pada bulan November 1994 terjadi bencana awan panas, sehingga Pemerintah Daerah menyediakan tempat penampungan yang merupakan relokasi daerah tempat bencana sebanyak lebih kurang 60 rumah telah dibangun untuk para korban bencana alam Gunungapi Merapi tersebut. Wilayah lereng Merapi ini potensial untuk pariwisata, terutama di daerah Kaliurang. Di bagian selatan wilayah Propinsi DIY. terdapat pula Pantai Parangtritis yang memberikan PAD (pendapatan asli daerah) cukup besar di sektor pariwisata bagi Kabupaten Bantul.
Mata pencaharian penduduk di wilayah pedesaan sebagian besar adalah petani dengan pekerjaan sambilan sebagai buruh bangunan, peternak dan penambang. Di wilayah perkotaan pekerjaan masyarakat bervariasi antara sebagai PNS atau Wiraswasta. Perkembangan kota yang sangat pesat mengakibatkan perubahan fungsi lahan dari sawah pertanian menjadi permukiman dan industri. Hal ini harus segera diatasi dan memerlukan upaya konsekuensi dari Pemerintah Daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah khususnya yang berkaitan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Berkaitan dengan penegakan hukum dalam upaya pengelolaan lingkungan sangat diperlukan adanya partisipasi masyarakat, yang merupakan bentuk kesadaran masyarakat dalam upaya perlindungan terhadap lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan agar tetap baik. Meningkatnya aktivitas masyarakat dalam berpartisipasi, ternyata tidak banyak karena kebutuhan bukan lagi karena perintah.
Banyaknya kelompok masyarakat dalam wadah yang beragam merupakan salah satu indikator kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, baik LSM maupun forum-forum yang tidak berbadan hukum dengan ruang lingkup lokal maupun nasional. Melalui dialog masukan-masukan dari masyarakat merupakan bahan bagi penyusun kebijakan, selain itu dalam pelaksanaan Program Kali Bersih, masyarakat secara langsung terlibat terutama dalam kegiatan Gerakan Kali Bersih. Gerakan ini dimaksudkan untuk menggugah masyarakat akan arti pentingnya mengelola kali baik bagi kehidupan masyarakat tidak hanya yang berada disekitar sungai tetapi juga masyarakat luas.
Banyaknya forum yang berkembang dimasyakarat ternyata cukup membantu Pemerintah Daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup. Forum-forum tersebut sekaligus merupakan ujung tombak maupun kepanjangan tangan yang cukup efektif. Forum Peduli Lingkungan, Forum Yogyakarta Sehat, Forum Pariwisata Sehat, Forum KPSA dan lain-lain merupakan wujud partisipasi masyarakat dengan ruang gerak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sendiri, tetapi dalam pelaksanaannya kegiatan selalu bersama-sama dengan Pemerintah Daerah.
Penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai salah satu bentuk kerjasama bersama antara Pemerintah Daerah, Tokoh-tokoh masyarakat, perguruan tinggi dan LSM dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di daerah mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan sesuai dengan kewenangan dan kemampuan masing-masing baik jangka waktu pendek maupun panjang.
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan konservasi sumber daya alam merupakan kegiatan yang telah lama melibatkan masyarakat melalui kelompok – kelompok penghijauan, pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan lain-lain. Selain melaksanakan kegiatan berdasarkan peraturan-peraturan dari Pemerintah, kelompok-kelompok masyarakat tersebut juga memiliki aturan-aturan lokal yang tidak tertulis tetapi merupakan kesepakatan masyarakat setempat yang tetap diataati dan cukup efektif untuk memelihara kualitas lingkungan yang ada.

KESIMPULAN
Pada akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa profil dan karakteristik lingkungan ini sangat diperlukan dan berguna untuk:
1. Mengetahui potensi sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah untuk dapat dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan kapasitas daya dukung yang ada.
2. Mengetahui situasi dan kondisi lingkungan hidup yang kemungkinan sudah terdapat adanya indikasi kerusakan lingkungan atau pencemaran baik udara, air, lahan dan tanah, kehidupan flora dan fauna serta persepsi dan apresiasi masyarakat terhadap situasi dan kondisi tersebut.
3. Memberikan informasi kepada pelaku ekonomi dan lingkungan yaitu Pemerintah, masyarakat, swasta, nasional dan internasional, yang kemudian dijadikan dasar untuk menentukan keputusan terhadap ruang lingkup kegiatan mereka masing-masing.
4. Sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam rangka mengupayakan pembangunan agar dapat terlaksana secara terpadu, ekonomi.

 

Daya Dukung Lingkungan

Ditulis oleh Suparni Setyowati Rahayu pada 14-05-2009
Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan keadaannya, Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa sesungguhnya lingkungan itu senantiasa arif menjaga keseimbangannya.
Sepanjang belum ada gangguan “paksa” maka apapun yang terjadi, lingkungan itu sendiri tetap bereaksi secara seimbang” Perlu ditetapkan daya dukung lingkungan untuk mengetahui kemampuan lingkungan menetralisasi parameter pencemar dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan seperti semula.
Apabila bahan pencemar berakumulasi terus menerus dalam suatu lingkungan, sehingga lingkungan tidak punya kemampuan alami untuk menetralisasinya yang mengakibatkan perubahan kualitas. Pokok permasalahannya adalah sejauh mana perubahan ini diperkenankan.
Tanaman tertentu menjadi rusak dengan adanya asap dari suatu pabrik, tapi tidak untuk sebahagian tanaman lainnya.
contoh : dengan buangan air pada suatu sungai mengakibatkan peternakan ikan mas tidak baik pertumbuhannya, tapi cukup baik untuk ikan lele dan ikan gabus.
Berarti daya dukung lingkungan untuk kondisi kehidupan ikan emas berbeda dengan daya dukung lingkungan untuk kondisi kehidupan ikan lelelgabus, Kenapa demikian, tidak lain karena parameter yang terdapat dalam air tidak dapat dinetralisasi lingkungan untuk kehidupan ikan emas.
Ada saatnya makhluk tertentu dalam lingkungan punya kemampuan yang luar biasa beradaptasi dengan lingkungan lain, tapi ada kalanya menjadi pasif terhadap faktor luar. Jadi faktor daya dukung tergantung pada parameter pencemar dan makhluk yang ada dalam lingkungan.
Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik (Piagam Burra, 1981). Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991). Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan itu sendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya (UU No. 24 Tahun 1992). Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Refrensi
Suparni,Setyowati Rahayu. 2004.Daya dukung lingkungan.jakarta.


Minggu, 17 Oktober 2010

Kependudukan Di Indonesia

Penduduk

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
- Orang yang tinggal di daerah tersebut
- Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonmi, seperti pengecer hingga pelanggan potensial.

Perkembangan Penuduk di Indonesia

JUMLAH penduduk DKI Jakarta terus bertambah sepanjang tahun 1961-2000. Pada tahun 1961, jumlah penduduk DKI Jakarta baru mencapai 2,91 juta jiwa. Kemudian pada tahun 1971 menjadi 4,55 juta jiwa, tahun 1980 menjadi 6,48 juta jiwa, tahun 1990 bertambah lagi menjadi 8,23 juta jiwa dan akhir tahun 2000 diperkirakan mencapai 9,72 juta jiwa. Diharapkan melalui Sensus Penduduk tahun 2000 ini jumlah penduduk hasil proyeksi dapat dikoreksi secara lebih akurat. 

KOTAMADYA
SP 1961
SP 1971
SP 1980
SP 1990
SP 2000
Jakarta Pusat
1,002.10
1,260.30
1,236.90
1,074.80
948.20
Jakarta Utara
469.80
612.40
976.40
1,362.90
1,697.00
Jakarta Barat
469.50
820.80
1,231.20
1,815.30
2,389.90
Jakarta Selatan
466.40
1,050.90
1,579.80
1,905.00
2,090.30
Jakarta Timur
498.70
802.10
1,456.70
2,064.50
2,595.00
DKI Jakarta
2,906.50
4,546.50
6,481.00
8,222.50
9,720.40
KAB+KODYA





Bogor
1,257.80
1,597.20
2,493.90
3,736.20
5,423.30
Tangerang
817.20
1,025.70
1,529.10
2,765.00
4,594.20
Bekasi
669.70
803.00
1,143.60
2,104.40
3,570.60
BOTABEK
2,744.70
3,425.90
5,166.60
8,605.60
13,588.10
JABOTABEK
5,651.20
7,972.40
11,647.60
16,828.10
23,308.50

      Tingginya pergerakan penduduk dari DKI Jakarta ke wilayah Bogor, Tangerang dan Bekasi (BOTABEK) telah membawa konsekuensi tersendiri terhadap laju pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut. Jika pada tahun 1961 jumlah penduduknya hanya mencapai 2,74 juta jiwa, maka pada tahun 2000 diperkirakan mencapai 13,59 juta jiwa. Pada tahun 1961 hingga 1971, jumlah penduduk Jakarta Pusat merupakan yang tertinggi dibandingkan kotamadya lainnya. Namun setelah tahun 1980 berangsur-angsur penduduk Jakarta Pusat mengalami penurunan, bahkan pada tahun 1990 hingga tahun 2000 penduduk di wilayah ini merupakan yang terkecil dibandingkan wilayah lainnya. Walaupun penduduk DKI Jakarta terus mengalami peningkatan, namun demikian laju pertumbuhan penduduk sepanjang kurun waktu 1961-2000 terus mengalami penurunan.

Kemiskinan dan Keterbelakangan di Indonesia

Sejak awal kemerdekaan Bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana termuat dalam alenia ke empat Undang-Undang Dasar 1945. program-program yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan, karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus menerus menjadi masalah yang berkepanjangan.
Kemiskinan merupakan permasalah yang paling susah diatasi diseluruh dunia, terutama di Negara kita, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan. Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Kedua data ini pada dasarnya ditujukan untuk kepentingan perencanaan nasional yang sentralistik, dengan asumsi yang menekankan pada keseragaman dan fokus pada indikator dampak. Pada kenyataannya, data dan informasi seperti ini tidak akan dapat mencerminkan tingkat keragaman dan kompleksitas yang ada di Indonesia sebagai negara besar yang mencakup banyak wilayah yang sangat berbeda, baik dari segi ekologi, organisasi sosial, sifat budaya, maupun bentuk ekonomi yang berlaku secara lokal. Bisa saja terjadi bahwa angka-angka kemiskinan tersebut tidak realistis untuk kepentingan lokal, dan bahkan bisa membingungkan pemimpin lokal (pemerintah kabupaten/kota).
Mengenai keterbelangan khususnya dalam bidan ilmu pengetahuan dan tehnologi masyarakat indonesia belum seberapa kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, misalnya Jepang, Cina, Korea, dll. Penduduk indonesia terutama didaerah pelosok/pedesaan masih minim tentang ilmu pengetahuan maupun tehnologi.
dalam hal ini "Haruskah Kita diam dengan kenyataan tersebut ???" menurut saya pemerintah harus berupaya meningkatkan pendidikan diberbagai daerah karena pendidikan merupakan salah satu pendorong untuk mengurangi kemiskinan, jikalau anak-anak bangsa indonesia maju akan pendidikan berarti dapat mengimbangi negara lain, kita tidak perlu lagi memerlukan tenaga kerja yang propesional dari negara yang lain, tetapi kita dapat memamfaatkan pemuda-pemudi indonesia yang memiliki skill dan pengetahuan.

Pendidikan dan Problem Kemiskinan
Siapa pun tak ada yang menghendaki dirinya bodoh, terbelakang dan miskin. Setiap manusia berharap bisa hidup berkecukupan dan tak terbelakang. Namun, dalam realitas harapan tersebut terkubur dan kandas oleh kondisi yang memaksa.
Secara sosiologis, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan ditentukan oleh tiga faktor; yakni kesadaran manusia, struktur yang menindas, dan fungsi struktur yang tidak berjalan semestinya.
Dalam konteks kesadaran, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan biasanya merujuk pada kesadaran fatalistik dan menyerah pada "takdir". Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian Tuhan yang harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin dilakukan oleh Tuhan. Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang, jika Tuhan tak berkehendak. Kesadaran fatalistik bersifat pasif dan pasrah serta mengabaikan kerja keras.
Kesadaran ini tampaknya dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan diterima sebagai takdir yang tak bisa ditolak. Bahkan, penerimaan terhadap kondisi itu merupakan bagian dari ketaatan beragama dan diyakini sebagai kehendak Tuhan.
Kesadaran keberagamaan yang fatalistik itu perlu dikaji ulang. Pasalnya, sulit dipahami jika manusia tidak diberi kebebasan untuk berpikir dan bekerja keras. Kesadaran fatalistik akan mengurung kebebasan manusia sebagai khalifah di bumi. Sementara sebagai khalifah, manusia dituntut untuk menerapkan ajaran dalam konteks dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kemiskinan dan kebodohan, wajib diubah. Bahkan, kewajiban itu adalah bagian penting dari kesadaran manusia.

Faktor penyebab lain yang menyebabkan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan karena otoritas struktural yang dominan. Kemiskinan, misalnya, bisa disebabkan oleh ulah segelintir orang di struktur pemerintahan yang berlaku tidak adil. Kemiskinan yang diakibatkan oleh problem struktural disebut "kemiskinan struktural". Yaitu kemiskinan yang sengaja diciptakan oleh kelompok struktural untuk tujuan-tujuan politik tertentu.

Umumnya kemiskinan struktural dimanfaatkan untuk kepentingan politik, yaitu demi melanggengkan kekuasaan. Sementara kelompok manusia yang miskin tidak berdaya melawan otoritas penguasa yang sangat dominan. Kondisi seperti inilah yang oleh Paulo Freire disebut "budaya bisu" (submerged of culture silent). Mereka miskin, bodoh, dan terbelakang karena permainan penguasa dzalim, sementara untuk melawannya tidak memiliki daya sama sekali. Pada masa Orde Baru, masyarakat Indonesia yang miskin, bodoh dan terbelakang, ternyata sengaja didesain oleh rezim penguasa. Tujuannya agar masyarakat lemah dan tidak berdaya melawan kekuasaan. Kondisi demikian kemudian menjadi komoditas politik sewaktu digelar pemilihan umum(pemilu).

Di zaman sekarang pun, para pejabat enggan memikirkan kesejahteraan masyarakat, tetapi malah sibuk memperkaya diri. Saat pemilu datang, mereka sibuk menebar janji pemberantasan pengangguran, pengobatan murah, sekolah gratis, dan lain-lain. Tetapi setelah tiga tahun ditunggu-tunggu ternyata janji tinggal janji, tak ada bukti.

Persoalan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan juga disebabkan karena tidak berfungsinya sistem yang ada. Sebab orang-orang yang berada dalam sistem tidak memiliki kemampuan sesuai dengan posisinya. Akibatnya sistem berjalan tersendat-sendat, bahkan kacau. Kesalahan menempatkan orang tidak sesuai dengan kompetensinya (one man in the wrong place) bisa mengakibatkan kondisi bangsa ini menjadi fatal.

Sudah menjadi rahasia umum, masalah kompetensi para pengambil kebijakan di jajaran Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) diragukan. Banyak posisi struktural yang strategis diduduki oleh orang-orang yang tidak berkompeten di bidangnya. KIB sejak pertama kali dilantik (21 Oktober 2004) sudah banyak menuai kritik, hingga muncul usul reshuffle menteri yang tidak becus mengurusi departemennya.

Kondisi masyarakat Indonesia yang masih berkubang dalam kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip fitrah manusia. Fitrah manusia adalah hidup layak, berpengetahuan, dan bukan miskin atau bodoh.

Untuk mengentaskan masyarakat Indonesia dari kubangan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, pemerintah perlu mengambil kebijakan strategis. Kebijakan strategis tersebut membutuhkan suatu jalur yang dipandang paling efektif. Dalam konteks inilah penulis berpendapat bahwa pendidikan merupakan satu-satunya jalur paling efektif untuk mengentaskan seluruh problem sosial di Indonesia.

Sejatinya seluruh persoalan yang menimpa masyarakat Indonesia bertumpu pada faktor manusianya. Faktor kesadaran masyarakat Indonesia masih menjadi kendala utama untuk melakukan berbagai agenda perubahan. Oleh karena itu, pendidikan harus memiliki orientasi sebagai "penyadaran" (consciousness), yaitu untuk mengubah pola pikir masyarakat yang tadinya naif dan fatalistik agar menjadi kritis.

Meskipun persoalan kemiskinan bisa saja disebabkan karena struktur dan fungsi struktur yang tidak berjalan, akan tetapi itu semua mengisyaratkan pada faktor manusianya. Struktur jelas buatan manusia dan dijalankan oleh manusia pula. Jadi, persoalan kemiskinan yang bertumpu pada struktur dan fungsi sistem jelas mengindikasikan problem kesadaran manusianya. Dengan demikian, agenda terbesar pendidikan nasional adalah bagaimana merombak kesadaran masyarakat Indonesia agar menjadi kritis.

Pendidikan untuk pembebasan merupakan proyek masa depan yang harus segara dimulai. Dengan mengagendakan proses penyadaran, diharapkan ke depan masyarakat Indonesia akan menjadi manusia-manusia kritis, yang menolak kebodohan dan kemiskinan serta mengubah nasibnya agar lebih baik.

Agenda pendidikan ini pada akhirnya akan berdampak pada keberlangsungan sistem yang berkuasa. Pendidikan demikian akan mengkritisi setiap kebijakan yang tidak merepresentasikan aspirasi masyarakat. Daya kritis masyarakat sangat penting untuk keberlangsungan suatu sistem kekuasaan yang sehat.

Pendidikan untuk pembebasan adalah agenda terbesar bagi bangsa ini. Pendidikan merupakan jalur paling strategis untuk mengentaskan problem terbesar bangsa saat ini, yakni kemiskinan dan kebodohan.* Oleh Mu'arif, Penulis adalah pemerhati masalah sosial.

REfrensi :
1.Bps Dki jakarta
2.http//okto-sumberdayaalam-okto.blogspot.com
3.2006-2010.bangfauzi.com-fauzibowo.com.All Rights Reserved